blog radiologi
Selasa, 26 Juni 2012
Minggu, 29 April 2012
BIODATAKU
Nama :HARDIYANTI
No. Induk Mahasiswa (NIM) : 11078
Tempat/Tgl Lahir : BUBAU 8-07-1992
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Agama : ISLAM
Asal Sekolah : SMA NEGERI 2 BAUBAU
Alamat Rumah : JL.URIP SUMIHARJO
Anak ke-.3.. dari .5... orang bersaudara
Nama Ayah : MANAWING
Pekerjaan : PEGAWAI SIPL
Nama Ibu : SAHIBA
Pekerjaan : WIRASUWASTA
Alamat Orang Tua : JL,ERLANGGA
Alat Pemroses Film Radiografi
1. Alat Pemroses Film secara Manual
a. Sebelum menetapkan patokan untuk program jaminan kualitas, hendaknya dalam membuat larutan pembangkit (developer) dan penetap (fixer) ini diperhatikan betul petunjuk teknis penggunaan dari produk yang digunakan agar konsentrasi dan kerja larutan yang kita buat tersebut menjadi benar. Bak yang hendak diisi dengan larutan baru hendaknya dibersihkan terlebih dahulu dan aliran airnya diperiksa agar proses pembilasan (rinsing) dan pencucian (washing) dapat berjalan dengan baik. Ada beberapa tahapan kerja yang harus kita lakukan terhadap alat pemroses ini.
b. Matikan semua sakelar peralatan pendingin atau pemanas yang terdapat di dalam alat pemroses.
c. Buka semua aliran developer, bak rinsing dan washing serta sumbatan aliran air pada alat pemroses.
d. Tuangkan cairan fixer ke dalam tangki penampung untuk proses recovery (daur ulang).
e. Pindahkan tangki developer, fixer dan rinsing. Cuci dengan air dan gosok sampai bersih. Ingat, gunakan sikat yang berbeda untuk tangki developer dan fixer.
f. Pastikan bahwa pipa pembuangan dan pipa pembatas cairan sudah bersih dan periksalah apakah aliran airnya sudah betul-betul lancar?
g. Bersihkan dan sikat sambungan pipa air dan ganti bila sudah rusak.
h. Tempatkan kembali semua tangki pada posisi yang benar dan sambungkan kembali pada masing-masing pipanya.
i. Aduk larutan developer dan fixer sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat. Gunakan tongkat pengaduk yang berbeda untuk kedua larutan tersebut dan hati-hati pada waktu menuangkannya ke dalam tangki yang telah disediakan, jangan sampai terjadi tumpahan developer ke dalam cairan fixer.
j. Nyalakan tombol pemanas atau pendingin setelah pipa air diisi kembali.
k. Bersihkanlah bagian luar tangki dengan lap kasar agar sisa-sisa tumpahan dan percikan cairan tidak menempel pada tangki.
l. Periksalah apakah temperatur larutan sudah sesuai dengan anjuran. Aduklah larutan sebelum diukur suhunya karena perlu waktu kira-kira 1 jam bagi larutan untuk dapat bekerja pada suhu yang dianjurkan.
Ada baiknya membuat larutan pada akhir jam kerja dan dibiarkan semalam agar bisa digunakan dengan baik pada esok harinya. (C)
KAMAR GELAP
Processing Room atau Kamar Gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose ( dari bayangan laten menjadi bayangan tetap ).
Fungsi processing room,antara lain :
• Mengisi/mengosongkan kaset
• Penyimpanan film yang belum di expose
Jenis-Jenis Processing:
a. Automatic processing
Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), menggunakan tenaga mesin .
a. Automatic processing
Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), menggunakan tenaga mesin .
b. Manual processing
Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu :Developer (pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ; Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ).
Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu :Developer (pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ; Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ).
Desain dan Kontruksi Processing Room atau Kamar Gelap:
a. Lokasi
b. Mudah diakses jika dibutuhkan
c. Terlindungi dari sinar langsung tau sinar hambur
d. Bersebelahan dengan ruang pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset heatch
a. Lokasi
b. Mudah diakses jika dibutuhkan
c. Terlindungi dari sinar langsung tau sinar hambur
d. Bersebelahan dengan ruang pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset heatch
Sarana dan prasarana yang harus terdapat pada kamar gelap
a. Meja kering : rak kaset, film hopper dan aksesoris lainnya .
b. Meja basah : tangki processing
c. Label printer ( pencetak indentifikasi pasien )
d. Cassette Hatch , alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan
e. Film Hopper , tempat penyimpanan film yang belum terkena exspose
f. Cupboard, tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila persediaan film pada hopper habis, letaknya didalam loading bench
g. Penerangan
h. Hanger film
i. Tower dispenser untuk mengeringkan tangan
j. Termometer
k. Timer
l. Manual processing dan Automatic procesing
a. Meja kering : rak kaset, film hopper dan aksesoris lainnya .
b. Meja basah : tangki processing
c. Label printer ( pencetak indentifikasi pasien )
d. Cassette Hatch , alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan
e. Film Hopper , tempat penyimpanan film yang belum terkena exspose
f. Cupboard, tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila persediaan film pada hopper habis, letaknya didalam loading bench
g. Penerangan
h. Hanger film
i. Tower dispenser untuk mengeringkan tangan
j. Termometer
k. Timer
l. Manual processing dan Automatic procesing
Rabu, 25 April 2012
PESAWAT DENTAL
Pendahuluan
Keterampilan serta kecermatan dalam menafsirkan suatu radiogram diperlukan apabila ingin mendapatkan suatu diagnosis klinis yang benar. Apabila hal tersebut belum dipenuhi, sedangkan pembuatan radiogram telah dilaksanakan, maka bisa menjadi tidak tepat diagnosis tersebut. . Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah bitewing radiografi dan periapikal radiografi.2 Pemeriksaan klinis dan radiografi memegang peranan yang penting dalam diagnosa penyakit periodontal, begitu pula dengan pilihan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Bitewing radiography dan periapical radiography berguna untuk tujuan tersebut. Selain radiografi intra-oral, radiografi panoramik juga digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pada jaringan tulang marginal.
II.Tinjauan Pustaka
Radiografi dental merupakan prosedur penting dalam mendiagnosis dan mencatat penyakit periodontal melalui penilaian level tulang alveolar.
Adanya faktor predisposisi yang berhubungan dengan permulaan penyakit periodontal dicapai secara efektif melalui kegunaan radiografi dental. Deposit kalkulus supragingival dan subgingival merupakan faktor predisposisi yang penting pada permulaan penyakit periodontal, ini dapat dilihat dengan radiografi dental. Kalkulus pada permukaan akar yang melibatkan gigi pada kalsifikasi tahap lanjut dapat dideteksi dengan bitewing vertikal sama seperti periapikal radiografi.
Fakor predisposisi lainnya pada penyakit periodontal seperti restorasi dengan kontak yang terbuka, kontour yang jelek, overhanging dan tepi yang kurang bagus, serta karies rekuren yang juga tampak secara radiografi pada bitewing posisi vertikal.
2.1.Bitewing Radiografi
Radiografi ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925. Bitewing radiografi digunakan untuk mendeteksi karies di permukaan proksimal gigi dan crest alveolar bone baik pada maksilla maupun mandibula pada film yang sama, yang secara klinis tidak dapat dideteksi.1,2
Bitewing radiografi digunakan utnuk mengevaluasi puncak tulang interproksimal selama pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan.
Bitewing radiografi digunakan untuk melihat garis dari CEJ pada satu gigi ke CEJ gigi tetangganya, sama halnya dengan jarak dari puncak ke tulang interproksimal yang ada.
Selain digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal, bitewing radiografi juga memberikan informasi status pasien periodontal. Ketinggian dari tepi interproksimal tulang alveolar sampai cemento-enamel junction relatif dapat diamati. Deposit kalkulus subgingival juga dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis penyakit periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas pada regio molar-premolar.
Pada orang yang masih muda, pengamatan yang cermat pada ketinggian tulang alveolar disekitar molar pertama permanen dapat membantu mendeteksi individu yang beresiko menderita early-onset periodontitis (juvenile periodontitis dan rapidly progressive periodontitis). Walaupun demikian, radiografi seharusnya digunakan hanya sebagai tambahan pada pemeriksaan klinis dengan menggunakan probe periodontal di sekitar daerah tersebut, karena di atas 30 persen kehilangan tulang terjadi sebelum dibuktikan secara radiografi.
2.2 Periapikal Radiografi
Periapikal radiografi tidak hanya sering digunakan untuk membantu perbedaan diagnosis dari gejala pasien, tetapi juga melihat proses patologis yang tidak terdeteksi pada gigi dan sekeliling tulang alveolar.2. Pada diagnosis penyakit periodontal, periapikal radiografi dapat memberikan informasi yang berguna yang tidak dapat diperoleh hanya melalui pemeriksaan jaringan lunak, tetapi dapat diperoleh dari beberapa informasi seperti:
a)Gigi
• Ratio klinis mahkota-akar: pada dasarnya, istilah ini dimaksudkan pada ratio antara gigi dengan panjang akar yang dikelilingi oleh tulang.
• Bentuk dan ukuran mahkota dan akar: gigi dengan mahkota kecil dan akar yang panjang mempunyai prognosis yang lebih baik dibanding mahkota yang besar dan akar yang pendek. Akar yang tapered mempunyai daerah permukaan yang lebih kecil untuk perlekatan periodontal dibanding akar yang tumpul.
• Posisi akar pada gigi berakar jamak: pada gigi berakar jamak, akar yang berdekatan mempunyai prognosis yang lebih buruk dibanding akar yang terpisah.
• Posisi gigi dengan gigi tetangganya: titik kontak terbuka ataupun yang berdekatan dengan gigi tetangga dapat terlihat pada radiografi, dan termasuk daerah yang penting dimana masalah periodontal dapat terjadi.
• Kalkulus : deposit kalkulus subginggival maupun supragingival dapat terlihat pada radiografi periapikal.
•Resorpsi akar: resorpsi akar internal maupun eksternal dapat dideteksi.
• Kontur dan tepi restorasi: hubungan antara restorasi yang overhanging pada interproksimal dan atau kontur restorasi yang jelek, dan hilangnya tulang periodontal dapat dilihat dengan pemeriksaan radiografi.
• Fraktur akar: gigi dengan fraktur akar horizontal ataupun vertikal dapat menyebabkan gejala periodontal.
• Benda asing dan ujung akar: hal ini menghasilkan lesi periodontal aggressive dan dapat dideteksi dengan radiografi.
• Anatomi dan patologi pulpa: bentuk kamar pulpa dan saluran akar dapat terlihat, sama halnya dengan kelainan pada pulpa
b) Tulang
Pola kehilangan tulang disekitar gigi hanya dapat ditentukan melalui pemeriksaan radiografi. Periapikal radiografi, menggunakan teknik paralleling cone, memberi gambaran yang paling akurat dari ketinggian tulang dalam hubungannya dengan CEJ, dan panjang sebenarnya dari gigi. Pemeriksaan gambaran tulang pada periapikal radiografi sebagai bagian dari diagnosis periodontal, perhatian yang khusus tertuju pada:2
•Pola kehilangan tulang: apakah kehilangan tulang horizontal atau vertikal?
•Perluasan hilangnya tulang: apakah kehilangan tulang generalised menutupi gigi atau lokalised pada gigi tertentu?
•Furcatio involvement: apakah radiolusen pada daerah furkasi?
• Lamina dura: pentingnya lamina dura belum jelas sedangkan keberadaannya menunjukkan dukungan tulang yang bagus,keberadaanya tidak selalu menandakan penyakit.
• Jarak ligamen periodontal: melebarnya jarak ligamen priodontal mengindikasikan bahwa gigi tersebut mendapat tekanan oklusal atau mobile. Hal ini juga menjadi petunjuk awal dari inflamasi pulpa, oleh karena iu pemeriksaan klinis yang cermat diperlukan untuk diagnosis
.
2.3 Radiografi Panoramik
2.3 Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik memberi gambaran umum dari struktur mulut, dan berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum. Radiografi panoramik tidak sesuai untuk penilaian yang akurat dari tingkat kehilangan tulang yang berhubungan dengan gigi individual karena terjadi distorsi yang hebat dan outline tepi tulang sering tidak jelas disebabkan oleh superimposisi dari struktur yang menghalangi. Gambaran panoramik memberikan sejumlah informasi yang dapat diterima untuk tujuan diagnostik tetapi harus ditambah dengan gambaran intraoral bila diperlukan untuk kemajuan penyakit yang termasuk tujuan utama radiografi pada pencatatan bagian periodontal.
2.4 Pencatatan Hasil Radiografi
Mencatat hasil pemeriksaan radiografi pada catatan perawatan pasien, dan menyusun serta menyimpan radiografi sebagai referensi di masa mendatang termasuk hal yang penting. Pada catatan perawatan harus menunjukkan:
• Tanggal radiografi diambil
• Jenis radiografi yang diambil
• Alasan pengambilan radiografi
• Informasi diagnostik yang diperoleh dari pemeriksaan radiografi
•Tes diagnostik lanjut yang mungkin diperlukan sebagai follow up hasil radiografik.
III. Kesimpulan
- Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah bite wing radiografi dan periapikal radiografi
.
- Radiografi dental merupakan prosedur penting dalam mendiagnosis dan mencatat penyakit periodontal melalui penilaian level tulang alveolar.
- Radiografi dental merupakan prosedur penting dalam mendiagnosis dan mencatat penyakit periodontal melalui penilaian level tulang alveolar.
- Bitewing radiografi digunakan utnuk mengevaluasi ketinggian tulang interproksimal selama pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan. Deposit kalkulus subgingival juga dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis penyakit periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas pada regio molar-premolar.
- Periapikal radiografi sering digunakan tidak hanya untuk membantu perbedaan diagnosis dari gejala pasien, tetapi juga menyaring proses patologis yang tidak terdeteksi pada gigi dan sekeliling tulang alveolar
.
- Radiografi panoramik memberi gambaran umum dari struktur mulut, dan berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum.
- Radiografi panoramik memberi gambaran umum dari struktur mulut, dan berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum.
- Penting untuk mencatat hasil pemeriksaan radiografi pada catatan perawatan pasien, dan menyusun serta menyimpan radiografi sebagai referensi di masa mendatang.
PANORAMIK RADIOGRAFI
Pengertian panoramic radiografi ( E. Langland , 1982) , panoramic berasal dari kata panorama yang artinya pemandangan yang luas dan indah , sedangkan panoramic dalam arti radiografi adalah teknik pemeriksaan untuk mendapatkan gambaran gigi geligi berikut mandibula dan maxilla. Istilah panoramic ini dimulai di kenal tahun 1959 saat S.S White Company di Amerika Utara memperkenalkan pesawat panorex/panoramic, yang mana sekarang di kenal dengan pesawat panoramic.
MEKANISME / SISTEM KERJA PANORAMIK
Sistem kerja dari pesawat panoramic menurut Olaf E Langland (1982) , prinsipnya adalah sama dengan tomogram, yang mana tube dan film selama eksposi berputar mengelilingi pasien, dengan tiga pusat sumbu rotasi, satu sumbu rotasi konsentris anterior (tepatnya disebelah insisivus
pada regiomolar). Dan satu sumbu eksentris untuk bagian rahang samping (tepatnya dibelakang molar tiga). Untuk menghasilkan gambaran yang baik sewaktu film dan tube berputar , posisi kepala harus dalam keadaan fixaxi, waktu berputar tube dan film ini biasanya di set atau diatur oleh pabrik dan operator / radiographer hanya menekan tombol timer yang ada, hingga perputaran film dan tube selama expose dapat menggambarkan keseluruhan gigi-geligi dari geraham paling kiri (molar tiga kiri) sampai gigi geraham paling kanan (molar tiga kanan).
Sistem kerja pesawat ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Peralatan yang digunakan.
1. Pesawat.
Pesawat yang digunakan pada radiografi panoramic dan sepalometri umumnya telah dirangkai menjadi satu, radiographer hanya mengubah fungsi yang ada pada tabel pesawat dan jarak antara focus ke film (FFD).
2. Kaset.
Kaset yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi panoramic digunakan kaset kurva ukuran 15 x 30 cm dan menggunakan intensifier screen blue emitting dan green emitting.
3. Film
Film panoramic ukuran 6 x 12 inch ( 15 x 30 cm)
Prosedur penatalaksanaan pemeriksaan panoramic, menurut Richard C. O’Brien
a. Masukan film kedalam kaset, lalu letakan kaset pada penyangga kaset.
b. Temporal clampsk dutu digunakan untuk fiksasi kepala, sebelum pasien diintruksikan duduk, tentukan kV dan mA sesuai dengan keadaan pasien.
c. Intruksikan pasien untuk duduk, letakan dagu pada chin rest sehingga posisi kepala dari pasien menjadi simetris. Jika pertengahan kepala tidak tepat pada chin rest, maka gigi molar yang di hasilkan pada film tidak dalam ukuran yang tepat. Ketika pasien diposisikan dengan tepat sesuai intruksi, columna spinalis akan tergambar tepat dibelakang dari insisivus tengah.
d. Jika gambaran yang di inginkan terhindar dari overlapping dengan gigi geligi kain kasa diletakan antara insisivus pasien.
e. Kaset dan tube harus tepat segaris dengan arkus pasien, untuk memenuhi hal tersebut, naikan atau turunkan kepala tube dengan menggunakan foot pedal dan hand switch sampai angka pada skala di chin rest sesuai dengan skala unit.
f. Jelaskan kepada pasien tentang jalanya pemeriksaan selama eksposi dilakukan, terutama :
1) kaset dan tube akan mengelilingi pasien
2) eksposi akan berlangsung beberapa saat, intruksikan pasien untuk diam.
PEDOMAN PENGATURAN GARIS KEPALA
Sebelum dilakukan pemotretan gigi geligi dengan teknik panoramic, maka harus diketahui mengenai pedoman pengaturan garis kepala yang nantinya berguna dalam pengaturan posisi pasien dan posisi objek.
a. Mid Sagital Plane ( MSP)
Yaitu garis yang membagi bidang tubuh menjadi dua bagian yang sama besar kanan dan kiri
b. Inter Pupillary Line.
Yaitu garis yang ditarik dari outer chantus kedua mata
c. Frankfurt Horizontal (FH)
Yaitu garis yang ditarik dari infra orbital / bawah mata menuju ke meatus akustikus eksterna.
Langganan:
Postingan (Atom)